(Kegiatan KAK, Minggu, 20 Desember 2009) berita KAK yang lain dapat dibaca di Kampung, Boneka, Durian, Masa Depan, Telur, Kambing
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Seperti hari Minggu biasanya, kami akan bermain bersama dalam KAK. Jika sudah siang begini biasanya anak-anak sudah berkumpul di rumah. Namun, entah kenapa, baru 4-5 anak saja yang bergabung. Sambil menunggu mereka datang, aku mengajak anak-anak membaca majalah Bobo bekas yang baru saja aku beli dari Pak Deswan di Simpang Lima Semarang.
Dari majalah Bobo itu mereka membaca bermacam-macam pengetahuan. Fikri, keponakanku yang masih duduk di bangku TK, tiba-tiba bertanya tentang gambar buaya yang giginya dikerubuti burung-burung kecil. “Mbak Rini, burung-burung ini ngapain?” tanyanya. Majalah yang ada di tangannya segera kuraih. “Oh, ini. Maksudnya buaya itu tidak pernah gosok gigi. Burung-burung kecil ini membersihkan sisa-sisa makanan buaya yang tertinggal di sela giginya,” jawabku. Lalu teman-temannya yang lain gantian bertanya ini-itu kepadaku. Aku jawab sebisaku. Anak lainnya, bernama Bida (9 tahun) membaca pengetahuan lainnya. “Kita tidak bisa menjilat siku kita sendiri,” Bida membaca masih dari halaman yang sama tentang buaya tadi. Lalu anak-anak lainnya mencoba untuk menjilat siku mereka masing-masing. Tidak ada yang berhasil. Lalu meledaklah tawa kecil dari mulut mereka. Hemmm,,,senangnya.
Tak lama kemudian, anak-anak lain datang. Hem, tumben tidak biasanya mereka telat. “Tumben telat Dik? Main dulu ya?” tanyaku pada mereka. Mereka hanya meringis tidak memberiku jawaban. Ya, sudahlah. “Ayo, kumpul-kumpul kesini,” ajakku. Mereka duduk melingkar mengelilingiku.
“Siapa yang suka buah durian?” tanyaku. Semua mengacungkan jari.
“Mau tidak, kalau sekarang kita makan duren?” tanyaku kemudian.
Dengan serentak pula mereka menjawab, “Mauuuuu…”.
“Nah, kalau mau duren, kalian harus membuat duren sendiri dulu. Kan murah tidak harus beli,” kataku.
Wajah mereka kebingungan. Memang bisa membuat duren sendiri? Salah satu dari mereka bertanya.
“Bisa dong…begini caranya,” jawabku sembari mempersiapkan bahan serta perlatannya. Bahan-bahan membuat durian terdiri dari kertas semen dan balon. Peralatannya adalah gunting dan lem kertas. Cara membuatnya gampang sekali. Pertama-tama balon ditiup. Jangan meniup balon besar-besar. Kira-kira sebesar buah melon ukuran sedang. Selanjutnya balut balon dengan kertas semen sampai balon tidak terlihat lagi. Setelah itu dilanjutkan dengan membuat duri. Duri terbuat dari setengah lingkaran yang dibentuk kerucut. Gunting bagian bawah kerucut agar bisa ditempel di balon yang sudah dibaluti kertas semen tadi. Buat duri sebanyak-banyaknya sampai menutupi permukaan balon itu. Nah, mudah kan?
Wah, anak-anak KAK sangat antusias sekali membuatnya. Sampai-sampai jari tangan mereka penuh dengan lem. Tapi, ternyata itu hanya pada awalnya saja. Di tengah jalan pembuatan, mereka bosan karena harus membuat duri terlalu banyak.
“Tanganku penuh dengan lem. Rasanya kaku sekali,” salah seorang anak mengeluh.
Teman lainnya juga ada yang mengeluh mengantuk.
“Mbak, boleh diselesaikan di rumah nggak?” pinta Intan.
“Aku tidak akan memaksa kalian menyelesaikannya. Kalau mau diteruskan besok lagi silakan. Tapi punyaku akan kuselesaikan sekarang,” jawabku.
Beberapa anak sudah terlihat putus asa. Beberapa anak lagi malah sudah terlihat kejar-kejaran. Ada juga yang sudah bermain petak umpet.
Aku meneruskan pekerjaanku sambil meminta tolong beberapa anak yang lain. Durian punyaku selesai duluan. Setelah mereka melihat hasilnya, mereka tertarik untuk menyelesaikannya. Bida dan Laras masih ‘bertahan’ menyelesaikan durian. Sementara teman-teman yang lain sudah tidak tahan. Ah, dasar anak-anak. Tapi tidak apa-apa. Kalau dipaksa jadinya malah tidak bagus dan tidak ikhlas. Biarkan mereka bermain sesuai kehendak hatinya.
Hem,,,akhirnya dua durian jadi. Lalu aku ambil kamera. Jepret..jepret…dua durian dijajarkan untuk diambil gambarnya. Ida, salah seorang anak KAK malah punya ide menggantungkan dua durian ke pohon nangka. “Mbak Rini, coba itu duriannya diatas pohon nangka dipoto,” pintanya. Hasil poto nangka berbuah durian itu ternyata mirip sekali dengan durian asli. Semua bersorak kegirangan melihat dua durian di atas pohon nangka.
Andai saja durian bisa dibuat sendiri di rumah, pasti kita tidak usah susah payah membelinya ya? Hehehe.*** Tri Umi Sumartyarini