Embek..Embek…tolooong…embek…lontooong…eh tolooong. Aku mau dimakan singa. Tolong aku.
Begitulah suara Vina saat mengisi suara Bambi, kambing malang yang hendak dimakan oleh singa buas bernama Rambo. Ya, pagi itu dalam pentas seni Karya Anak Kampung (KAK), Vina bersama Tasya, Rahma, Bida dan Laras bermain wayang fable yang berjudul Rusa yang cerdik.
Mulanya pentas itu diagendakan pada tanggal 14 Februari 2010. Tetapi sehari sebelum acara digelar, terpaksa kami mengumumkan bahwa acara ditunda seminggu berikutnya yaitu tanggala 21 Februari 2010. Hal ini karena ada kabar secara tiba-tiba bahwa ada pengajian pada hari dan jam yang sama pula dengan pelaksanaan Pentas KAK. Pengajian itu adalah pengajian Muslimat-Fatayat NU Se-desa Sidorejo yang dilaksankan di mushola terdekat. Walaupun anak-anak KAK kecewa terpaksa kami menundanya. Kami tidak ingin berbenturan dengan masyarakat.
Kami berdebar-debar apakah pentas tersebut benar-benar dapat terlaksana atau tidak. Pasalnya, sejak pentas digagalkan, anak-anak tidak giat berlatih. Biasanya anak-anak berlatih setiap sore. Kami tunggu sampai Jum’at sore minggu berikutnya, anak-anak tidak juga datang. Kami sudah membayangkan bahwa pentas tidak akan terwujud. Jika hari Minggu tiba dan anak-anak langsung pentas, hal itu tidak mungkin. Anak-anak pasti dalam keadaan kurang persiapan. Belum juga ada gladi bersih. Maka saat itu kami memutuskan jika hari minggu tiba, kami batal pentas dan akan belajar bermain seperti biasanya. Lalu kami menyiapkan materi belajar untuk hari Minggu itu.
Saat itu kami khusuk berdo’a kepada Tuhan. “Ya Allah, apa yang kami lakukan ini tulus untuk kemajuan mereka, untuk memberi kecakapan pada mereka. Ringankanlah langkah kami Ya Allah, ringankanlah. Dan singkirkanlah jauh-jauh nafsu dalam diri kami apabila ia hendak turut campur.”
Sebenarnya dua minggu sebelumnya kami sudah membuat wayang dari kardus berbentuk aneka binatang yaitu singa, kambing, rusa dan ikan. Lalu kami sepakat untuk berlatih wayang fable setiap sore. Kami berencana akan mementaskan wayang dan anak-anak menjadi pengisi suaranya di balik kain layar. Tapi memang dasar anak-anak, mereka datang tidak setiap hari. Itu pun yang datang biasanya tidak komplit. Berbagai halangan menjadi alasan. Seperti Laras yang terserang demam beberapa hari sehingga mengurungkan niatnya berlatih. Padahal peran yang dimainkannya vital. Ia menjadi pengisi suara tokoh utama dalam wayang yaitu rusa kecil bernama Kiki. Suatu waktu Laras bisa datang, namun giliran Rahma yang tidak bisa datang. Ia diajak orang tuanya menjenguk saudara yang sakit di Jogja. Lain hari mereka tidak datang semua, hujan deras menghadang langkah mereka untuk datang ke sanggar.
Tetapi sungguh mengejutkan. Sabtu sore (20/02/2010) satu hari sebelum pementasan, mereka datang ke sanggar. Mereka mengajak latihan. Kami tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Anak-anak yang tidak bisa ditebak. Mereka berlatih sesuai peran masing-masing. Di antara mereka ada yang membaca cerita, ada yang membaca puisi, pidato, menyanyi, menari, dan bermain wayang fable. Pembawa acara dan sambutan panitia dilakukan oleh mereka sendiri. Kami memang menanamkan kemandirian kepada mereka.
Untuk latihan wayang fable, akhirnya kami adakan diskusi dadakan. Cerita yang sudah disepakati tempo hari kami tulis bersama-sama. Kami adakan latihan singkat dan serius. Karena anak-anak sudah lancar membaca (rata-rata mereka kelas 3 SD), mereka cepat menghayati peran mereka. Yang paling lucu adalah suara Vina yang cempreng menirukan suara kambing. Sangat pas untuk mengisi suara kambing sebagai makhluk yang teraniaya. Setiap Vina bilang, “Mbeeekkkk…,” anak-anak yang lain cekikikan menahan tawa.baca halaman selanjutnya
Sampai maghrib mereka baru pulang. Kami tidak bisa membayangkan pementasan akan seperti apa. Karena kami sudah kehabisan tenaga untuk membagun panggung dengan background yang kami rencanakan.
Pagi hari (21/02/2010) pukul hari pukul 05.30, ketika matahari belum nampak, Anak-anak sudah datang. padahal kami masih tidur (hehehe). Kami sangat terharu karena semangat mereka. Akan tetapi kami juga agak segan dengan bapak kami yang sedang sakit. Gaduh anak-anak pasti akan mengganggu bapak. Kami persilahkan anak-anak itu masuk dengan kami beri pengertian supaya tidak menimbulkan banyak suara karena Mbah Rosyid (orang tua kami) sedang istirahat. Anak-anak itu membantu kami membangun panggung dan menghiasnya. Di antara mereka ada yang menyapu, mengangkat kursi, menggelar tikar. Mereka pulang dulu untuk ganti baju dan sarapan. Pentas akan dilaksanakan pukul 08.00 WIB.
Kami mempersilahkan kepada anak-anak mengundang orang-orang terdekatnya untuk menyaksikan pentasnya. Pukul 07.00 WIB satu dua anak-anak mulai datang. Mendekati pukul 08.00 WIB rumah kami yang kami jadikan sanggar KAK sudah penuh anak. Di depan rumah sudah berjajar sepeda mereka. Teman-teman yang diundang datang semua. Satu lagi yang tidak kami kira sebelumnya, orang tua bahkan nenek dan kakek mereka ikut datang menyaksikan pentas.
Sebelum acara dimulai kami sholawatan. Kami nyeletuk “Ini acara ulang tahunnya Nabi Muhammad SAW,” dan anak-anak tertawa. Tepat pukul 08.00 WIB pembawa acara, Bila, membuka acara. Ida yang memberikan sambutan mewakili panitia. Satu-persatu mereka mulai menampilkan kebolehan mereka. penampil pertama adalah Rahma, Nadya, dan Laras yang menyanyikan lagu burung hantu. Mereka menganakan topeng burung hantu yang dibuat dari topeng CD bekas sebagai matanya. Gerakanmereka sama. Mengarang sendiri. Saat mereka tampil di depan, penonton lainnya ikut bernyanyi bersama.
Nadya membaca puisi bola. Tingkah mereka lucu-lucu saat di panggung. Kebanyakan mereka salah tingkah. Atau minder lalu menutupi muka dengan kertas atau mengalihkan pandangan ke arah selain penonton. Ada yang hanya memandangi lantai panggung. Tapi mereka semua dapat menampilkan kebolehan sampai selesai. Tepuk tangan membahana mengiringi setiap pementasan mereka. – Muhajir Arrosyid dan Tri Umi Sumartyarini, pengasuh taman kreatifitas KAK (Karya Anak Kampung )
Berita KAK yang lain dapat dibaca di Kampung, Boneka, Durian, Masa Depan, Telur, Kambing