Hari ini aku tidak masuk kerja karena kurang enak badan. Sekira pukul 09.00 aku mengajak istri untuk pergi jalan-jalan. Kemana entahlah. Kami mengajak Nawa, anak kedua kami. Bening, anak pertama kami sedang di Mbahnya. Kami jalan tanpa arah, kemudian mampir di toko bunga, tanya harga-harga bunga ternyata mahal semua. Akhirnya kami hanya membeli pot. Bunga itu sebenarnya tanaman biasa saja, tapi karena ditata rapi maka terlihat menarik. Ada satu tanaman yang dijual tumbuh liar di belakang rumahku. Akhirnya aku terinspirasi.
Sesampai rumah aku bekerja. Ada sedikit ruang kosong di belakang rumah. Aku mulai mengisi pot dengan tanah. Pertama aku memindahkan tanaman yang tadinya liar aku masukkan ke dalam pot. Lalu aku memetik batang melati dan aku masukkan pot. Aku ke rumah orang tuaku mengambil kaktus, lompong ungu, lidah mertua dan aku masukkan pot. Pot dari berbagai tanaman itu aku tata dan sejajarkan di belakang rumah. Keindahan itu murah asal telaten.
Oh ya aku punya tetangga namanya Pak Ali. Di depan rumahnya tertanam bunga gempur watu. Mulanya hanya sedikit dan sekarang penuh dan berbunga. Bunga gempur watu bunga yang murah, jauh jika dibandingkan anggrek, tetapi ketija ditata dan dirawat ternyata menjadi sangat indah. Intinya adalah merawat, jika engkau mengungkapkan cinta maka ia juga akan membalas dengan kasih, termasuk hewan dan tumbuhan.
Setelahnya aku mampir ke warung kopi kemudian terbersit keinginan untuk membuat warung serupa. Warung kopi sederhana, segelas tidak lebih dari 5 ribu rupiah. Meskipun untuk membuat warkop masih ragu memulainya karena belum punya pengalaman. Siapakah kira-kira yang nanti ngopi di sini?
Setelah dari warung kopi Nawa kami ajak ke pasar Bintoro Kami membeli sayur dan ikan panggangan. Benar kata orang bahagia itu murah.