Setiap kali ada sebuah kejadian maka kita ajukan pertanyaan, ‘demi apa’. Motif yang menggerakkan, tujuan yang diincar yang melatarbelakangi kejadian itu menentukan kejadian berikutnya. Sebagai contoh kejadian kemarin, seseorang mengaku ustadz merekayasa mampu menangkap babi ngepet. Demi apa dia berbuat seperti itu?
Niat itu menentukan satu perbuatan yang sama memiliki nilai yang berbeda. Dua orang tidur pada satu bantal yang sama kualitas tidurnya bisa berbeda. Satu berniat agar pulih dari lelah dan bisa beribadah, yang lain tidak. Ketika Rasulullah hendak hijrah dari Mekah ke Madinah, hijrah mereka akan bergantung pada niatnya. Mereka yang hijrah demi Allah dan Rasulullah, ia akan mendapatkan itu. Mereka yang berniat demi harta, wanita juga akan mendapatkan itu.
Tidak hanya ‘demi apa’, tetapi menjaga niat itu biar lempeng menjadi perbuatan juga amat penting. Terceritakan, seseorang iktikaf di masjid pada malam hari. Ia sengaja memilih masjid yang sepi agar terhindar dari pamer, buat demi apa nya jelas. Pada malam yang hujan itu dia mendengar langkah kaki. Maka salatnya tambah giat hingga pagi menjelang. Pagi hari ia bangkit dan menoleh, ternyata di belakangnya ada seekor anjing berteduh dari hujan. Dan dia malu karena semalaman beribadah demi seekor anjing.