Ngalis

Kini bibirnya semerah darah. Ia usapkan gincu itu sekali lagi. Ia mulai memegang kuas, ia lirik suaminya yang masih santai bersama buku. Ia menegur. “Mas, jangan pakai sandal yang itu. Pakai sandal yang baru.”

Ia mulai sapu alisnya. Ia telah berlatih ratusan kali demi bentuk alis yang pas, agar wajahnya yang bulat tampak lebih tirus. Ngalis yang benar mampu membuat wajah tampak lebih ceria dan muda. Ia lirik suaminya. “Mas, rambutmu disisir dong. Masak berantakan gitu.”

Meskipun telah ia rencanakan jauh-jauh hari, apa kerudung yang akan ia kenakan dalam acara halalbihalal ini tetapi dia masih mematut-matut dengan kerudung warna lain. “Ya Allah Mas, kok kamu pakai sarung sih? Jengkel aku. Kan sudah aku belikan celana. Itu di lemari.”

“Ribet amat sih. Wong cuma silaturahmi keluarga saja kok.”

“Aku tidak mau nanti ada orang membatin: itu istrinya glowing, suaminya meling-meling.”

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 143

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.