Saya tidur di lantai dua. Pagi menjelang subuh di atas rumahku ramai sekali. Entah burung apa riwa-riwi di atas atap rumahku sambil berbunyi. Suaranya berisik sekali dan sangat menganggu tidurku. Setiap ada gangguan maka aku akan mencari cara mengusir gangguan itu.
Aku menyalakan lampu aku berharap dengan begitu burung-burung itu akan malu dan pergi. Ternyata tidak juga, burung-burung itu tetap berisik. Mengapa burung-burung itu berisik pada pagi yang masih gelap pada udara yang dingin begini? Pada siang hari burung-burung itu tidak terlihat. Apakah burung-burung itu bercengkrama menunggu orang-orang tidur karena mereka takut akan kebuasan manusia di siang hari? Pertanyaan yang lebih spesifik adalah apakah mereka hanya berisik di atas rumahku atau juga di atas rumah orang lain di kampung ini. Entahlah. Tetapi dari pengamatanku sepertinya burung-burung itu tidak beranjak dari atas rumahku. Mereka terbang sambil berputar-putar di atas rumahku. Kemungkinan mereka bersarang di atas masjid, kebetulan rumahku berada di samping masjid. Tadi malam purnama, ini juga bisa menjadi faktor burung-burung itu berisik.
Burung-burung itu tidak terdengar setiap pagi. Itu banyak sekali kemungkinan. Bisa saja mereka ada setiap pagi tetapi aku terlalu lelah jadi aku terlelap dan aku tidak mendengar suaranya. Bisa saja mereka datang pada waktu-waktu tertentu.
Bagi orang Jawa suara burung adalah petanda. Burung gagak yang besar ketika terbang dan sambil berbunyi, Kwak-kwak-kwak adalah tanda akan ada orang mati pada hari ini. Jadi dulu waktu aku kecil dan melihat burung itu lewat selalu bertanya-tanya siapa yang mati hari ini. Burung itu bukan ramalan tetapi kabar karena kadang memang sudah ada yang meninggal tetapi belum diumumkan oleh pengeras suara masjid.
Suara burung bence yang bunyi pada malam hari adalah sebuah tanda adanya maling yang lewat kampung. Aku tidak tahu rupa burung bence itu seperti apa, tetapi aku mengenal suaranya. Karena dulu kalau burung itu berbunyi orang tua selalu bilang, itu burung bence bunyi berarti ada maling lewat.
Suara burung yang berisik di atas rumahku mirip suara burung bence yang aku dengar waktu kecil dulu. Rupa burung itu aku tahu karena aku pernah keluar menyempatkan diri melihatnya. Ukuran burung itu lumayan besar, lebih besar sedikit dari burung perkutut tapi lebih kecil dari burung dara. Tapi burung itu bukan tanda adanya maling lewat, buktinya berkali-kali burung itu bunyi tidak ada berita kemalingan.
Selain burung-burung itu ada hal lain yang membuat menjelang subuh itu berisik adalah suara motor. Kadang-kadang saat menjelang subuh ini ada anak-anak muda kumpul membawa sepeda motornya. Sepeda motor itu sudah dimodifikasi sehingga suaranya besar dan keras. Terkadang mereka balapan, tapi kadang hanya riwa-riwi menjalankan sepeda motornya. Mereka tidak berpikir bahwa keberadaannya itu menganggu orang tidur. Dulu saya pernah beberapa kali mendatangi mereka dan meminta mereka mencari tempat lain. Tetapi akhirnya saya lelah juga karena mereka datang lagi dan lagi meskipun tidak setiap hari.
Karena dua gangguan yang datang dari suara burung dan suara sepeda motor itu akhirnya aku turun. Aku pindah tidur ke tempat tidur anakku. Di lantai bawah suara-suara itu tidak begitu terdengar. Subuh masih lama masih sekitar satu jam lagi, eman-eman jika aku hanya bengong saja. Tidur adalah kenikmatan.