Saat memberi ceramah pada acara pernikahan di Gontor, saya mencatat tiga poin penting yang disampaikan oleh Mbah Nun. Bahwa sakinah di dalam rumah tangga itu tidak mandek. Litaskunu illaiha bukan litaskunu fi ha. Sore bertengkar pagi baikan. Sakinah dalam berumah tangga itu sesuatu yang diperjuangkan terus menerus.
Hal kedua adalah tentang ungkapan Jawa yang biasanya disematkan pada urusan rumah tangga yaitu urusan sandang, pangan, papan. Susunan dari tiga hal ini tidak bisa ditukar karena disana ada nilai mana yang lebih penting dari yang lainnya. Orang bisa menepikan urusan papan asal ia bisa makan. Orang juga bisa menepikan urusan pangan asal ia masih bisa berpakaian. Pakaian adalah kehormatan. Pakaian adalah simbol martabat. Di dalam Islam aurot adalah hal penting. Libasun lahun walibasun lahunna, Anda adalah pakaian satu sama lain.
Hal ketiga yang disampaikan Mbah Nun adalah tentang surat Annas. Di surat tersebut urutan pertama adalah Allah yang maha kasih, rububiyah. Setelah itu baru Allah yang kuat, dan kuasa. Maka di dalam rumah tangga yang didahulukan adalah kasih sayang. Jika bisa selama pernikahan suami terhadap istri tidak perlu menunjukan kekuasaannya. Ia cukup mengeluarkan kasih sayangnya.