Tentang esok kita pikir besok

Pukul 06.00 WIB aku keluar dari kamar hotel disambut dengan alunan lagu Gambang Semarang. Aku turun ke lantai satu. Aku mampir dulu ke restoran, mengambil jus jambu, dan tiga potong semangka. Usai melahap makanan itu aku langsung menuju resepsionis menyerahkan kunci kamar. Aku melangkah menuju mobil yang terparkir di halaman depan hotel Gets Semarang. Sudah dua malam aku menginap di sini saatnya sekarang pulang menemui istri dan anak-anak. Aku letakkan tas berisi pakian kotor di bangku kedua. Aku menyalakan mesin dan membiarkannya beberapa saat sebelum pedal kopling aku angkat dan rem tangan aku turunkan di sini.

Aku berdoa sejenak agar diberi keselamatan dan dihindarkan dari mara bahaya sebelum menginjak gas menyusuri jalan Mataram, Dr. Cipto, Kaligawe, Terboyo, Sayung, hingga Kemacetan di Buyaran dan sampai rumahku. Aku berjalan menuju timur, matahari menyorot ke mukaku. Orang-orang menggunakan sepeda motor menyalip dari kanan dan kiri mobilku. Baru ketika keluar Semarang tepatnya di pertigaan Genuk jalan menjadi lapang. Aku laju kendaraan cukup kencang sambil mendengarkan suara Ari Lasso album Dewa 19 terbaik-terbaik.

Namun melewati Onggorawe laju kembali melambat karena kendaraan mulai rapat, disini ada kawasan industri. Masuk kawasan Buyaran terjadi kemacetan cukup panjang. Ada pembangunan jembatan. Setelah jembatan itu harusnya aku putar balik untuk sampai rumah tetapi aku batalkan karena kemacetan cukup parah maka aku laju ke Demak ke tempat pencucian mobil. Setelah mobil di cuci aku pulang di sini.

Di rumah hanya ada istri. Anak-anak sudah berangkat sekolah. Istriku memasak sop, mengoreng tempe, dan udang. “Pak nanti pukul 10, Nawa dijemput. Aku setelah memasak mau ke rumah sakit.” Kata istriku. Ia menungui Bapaknya yang dari tadi malam di rawat di Rumah Sakit.

Aku menjalankan tugas dari istriku. Pukul sepuluh aku menjemput Nawa ke sekolahnya. Tidak lama kemudian Bening pulang dari sekolahnya. Kami bermain di kasur bertiga. Menjelang duhur, Nawa tidur hingga pukul 14 belum bangun juga. Nanti pukul 15.30 aku bertugas mengantarnya ke TPQ. Sementara itu Bening bermain kardus digunting-gunting dan ditempel-tempel. “Mas Nanti Bening disuruh makan, Nawa didulang. Nanti kalau sore aku belum pulang dan anak-anak lapar diajak cari makan kemana gitu. Jajan.” Kata istriku.

Aku jawab “Siap, tentang besok bagaimana mengatur waktu dan membagi tugas rumah tangga kita pikirkan besok saja”

 

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 141

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.