Kepempimpinan membutuhkan keberanian mengambil keputusan dan ketabahan. Hal itu dibutuhkan bukan hanya saat sebuah tim mengalami kemenangan, justru sangat dibutuhkan saat sebuah tim mengalami kekalahan. Seorang pemimpin harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Ia akan dipuji dan dibenarkan saat keputusannya berakhir baik. Sebuah keputusan bukan nir resiko. Jika keputusan itu gagal maka ia yang menanggung semuanya. Maka seorang pemimpin harus memiliki mental yang kuat.
Adalah Iswandi Idris, pemain sepak bola legenda Indonesia. Pesepakbola Indonesia pertama yang dikontrak klup asing, Western Suburbs Australia. Sebagai pemain ia pernah membela dan menjadi kapten tim nasional dan Jayakarta atau Persija. Sebagaimana diceritakan oleh Andjas Asmara, pesepak bola yang pernah menjadi rekan setimnya. Suatu ketika dalam pertandingan pra-Olimpiade Montreal tahun 1976. Selangkah lagi Indonesia akan masuk dalam pesta olahraga dunia itu. Pertandingan berakhir seri sehingga kemenangan harus ditentukan dengan adu penalti. Iswandi sebagai kapten menunjuk Andjas Asmara meskipun kakinya bengkak. Iswandi melihat kaki Risdianto, orang yang sudah disiapkan untuk menendang kakinya gemetar.
Andjas Asmara yang diberi tugas oleh Iswandi gagal. Ia terpukul, tetapi Iswandi datang memeluk dan meredakan. Ia tabah. Iswandi mengatakan kepada Andjas Asmara. “Jangan putus asa, masa depanmu masih panjang. Kegagalan itu merupakan kehendak yang maha kuasa.”
Dari Iswandi, pesepakbola kelahiran Banda Aceh 18 Maret 1948 dan meninggal pada 11 Juli 2008 ini kita belajar tentang kepemimpinan. Kepemimpinan adalah keputusan yang terbaik menurut kita kegagalan dan keberhasilan adalah kehendak yang kuasa. Sumber: tulisan Andjas Asmara di Majalah Tempo 27 Juli 2008.
#sepakbola #pesepakbola #timnas #timnassepakbola #bola #IswandiIdris #Persija #pssi #tokohkita #kamustokoh