Ada babi di dadaku

“Mas sementara jangan pakai kaos ini dulu.” kata istriku sambil menyetrika baju. Aku baru ngeh terhadap anjurannya setelah melihat berita riwa-riwi di media sosial. Ditangkapnya seorang mengaku ustadz yang merekayasa penangkapan babi ngepet.

Aku tidak tahu benar pesugihan semacam babi ngepet itu ada atau tidak, yang aku tahu isu babi ngepet begini sering digunakan untuk melampiaskan iri dan dengki pada tetangga yang ‘sukses’, misal mampu beli rumah, kendaraan, sawah.

“Padahal aku tahu sendiri lho. Kerjaannya itu cuma tidur. Aku tahu persis jam 21.00. WIB. sudah menutup pintu dan mematikan lampu. Apalagi kalau bukan jaga lilin.” Di katakan oleh tetangga sambil bibirnya naik-naik ke atas.

“Ia aku juga melihat ada bekas kaki babi di sekitar rumahnya.” Ditanggapi dengan bibir nyungir-nyungir dan tangan meremas-remas dan merobek-robek tas kresek bekas bungkus belanjaan oleh tetangga yang lain.

Padahal tetangga yang dibicarakan itu tidur jam sembilan malam, bangun jam dua pagi, berangkat ke pasar untuk jualan sayur dan ikan. Pagi sebelum tetangganya bangun dia sudah di rumah lagi. Dari jerih payahnya itulah ia mampu mengumpulkan uang.

Itulah kita disuruh puasa, agar bisa menjaga hati, menjaga mulut, menjaga kasak-kusuk.

Oh ya kaos berbabi itu aku beli di sebuah distro di Peleburan Semarang beberapa tahun lalu. Aku suka karena lucu dan disablon rapi. Yang aku pikir adalah, apakah salatku diterima saat salat mengenakan kaos berbabi ini?

 

#babingepet

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 143

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.