Wahai Khadijah, perempuan yang disiapkan khusus oleh Allah untuk mendampingi Rosulullah.” Sehabis tahajud, Tsani membisik lirih seperti menyapa, seperti ingin curhat, berdialog dengan Khadijah, istri Nabi. Tsani kagum dengan Khadijah karena keimanannya. Manusia pertama kali yang mengimani kenabian Muhammad. Ia seperti disiapkan khusus oleh Allah untuk mendampingi perjuangan Nabi. Sebelum wahyu pertama turun Nabi selalu […]
Aminah dan Halimah
Bus mengangkut tubuh Tsani. Ia duduk tentram di sisi jendela menyaksikan sawah-sawah menguning, gunung, dan rumah-rumah penduduk. Pikirannya suntuk pada dua sosok perempuan yang menjadi sakti atas masa kecil Nabi Muhamad: Aminah dan Halimah. (1) Ibunda Aminah, ketika Abrahah menyerang Ka’bah dan tidak berhasil, suamimu, Abdullah berdagang di Palestina dan Syiria bersama satu khafilah. Kamu […]
Percakapan dari balik tirai 2
Musim hujan sudah datang. Percakapan demi percakapan antara Tsani dan Sam masih terus berlanjut. Kadang-kadang sore hari, kadang-kadang pagi hari, menyesuaikan jadwal kuliah mereka. Masih di halaman kos Tsani dan masih dibatasi oleh tirai. “Tsani, kamu lihat mendung itu?” “Ya hitam pekat. Membuat wajahmu terlihat gelap.” “Benar, mendung itu menjadikan gelap. Cahaya matahari terhalangi hingga […]
Percakapan dari balik tirai
“Silakan duduk di situ. Di meja ada jeruk hangat kesukaanmu, minumlah. Ada juga pisang goreng, silakan dinikmati.” Sam duduk di taman rumah Kos Tsani, sendiri. Sementara Tsani duduk di teras. Antara mereka disela oleh tirai yang terbuat dari bambu. Kupu-kupu hinggap dari anggrek menuju melati, berpindah lagi ke mawar kemudian pergi ke taman sebelah. Gantian […]
TANGAN YANG MENANAM PENUH KEBERKAHAN
Sore itu Sam memutuskan pualng ke Demak. Ia naik angkot. Sam ingin mendengar suara di angkot tentang yang diperdebatkan oleh publik akhir-akhir ini-tentang politik, tentang pemilihan presiden. Sam ingin mendengar suara lain, suara yang gaduh di media sosial. Dari kos ke terminal Terboyo, Sam diantar oleh ojek online. Belum sore benar, orang-orang belum saatnya pulang […]
Dimanakah rakyat di Sabhaparwa?
Usai begadang semalan bersama Yusuf di tepi laut, Sam bangun kesiangan. Matanya terbuka saat matahari sudah menyala menerobos jendela. Sam keluar kamar untuk cuci muka. Sudah ada sarapan di meja makan, sambal dan udang goreng. Sam berjalan meninggalkan rumah ke tepi sungai. Ia duduk di atas perahu yang berjajar di tepi sungai. Dengan HP nya […]
Untuk apa membaca Sabhaparwa hari ini?
“Sebenarnya pacarmu itu Tsani apa Septi, Sam?” Yusuf bertanya kepada Sam. Pertanyaan tanpa basa-basi tepat ke sasaran. Sam hanya melirik sebentar kepada Yusuf kemudian tatapannya kembali lagi ke laut, ke titik cahaya pada kapal yang bergerak. “Mereka berdua hanya sebatas teman. Aku belum punya pacar. Aku belum punya pekerjaan, lulus kuliah saja belum. Skripsi bolak-balik […]
Berhenti pada keimanan dan berjalan mencari kebenaran
“Tsani, kamu jahat. Kamu tidak adil. Kamu hanya ingin menangmu sendiri. Kamu hanya memanggilku saat kamu membutuhkanku. Sementara ketika aku ingin diskusi denganmu kamu menghindar.” Itu adalah pesan WA terakhir yang diterima Tsani dari Sam. Tsani tahu itu adalah puncak kemarahan Sam. Tiga kali Sam meminta waktu untuk bertemu dan Tsani selalu menolak. Bukan […]
YANG MEMBATU DALAM KALBU
Sebuah sore di Kota Semarang. Seorang laki-laki duduk di sebuah bangku. Namanya Mazin Ibnu Ibtisam. Ia membaca sebuah buku bersampul hijau. Sam, begitu ia biasa dipanggil oleh Tsani, perempuan yang sedang ditunggunya. Sam tenggelam dalam lautan kata-kata bacaannya. Ia menggaris-garis bagian-bagian penting, memberi catatan-catatan di pinggir buku. Tsani, perempuan yang dia tunggu datang, keluar dari […]